My Blog List

Wednesday, 9 December 2009

Matematika Menganyam Dunia

Dunia :

Wahai kawan-kawanku mengapa engkau mengatakan bahwa kalian adalah bagian dariku, sementara aku tidak pernah menyentuhmu. Silakan kalian membuktikan kepadaku. Lingkaran, silakan kamu menerangkan kepadaku.


Lingkaran :

Diriku menyusun dirimu wahai dunia. Lihatlah disana ada seseorang yang sedang pergi berkendaraan menggunakan kendaraan bermotor. Tahukah kamu roda dari motor adalah model dari diriku. Roda berbentuk lingkaran. Bayangkan jika roda berbentuk lonjong, kotak, elips maupun yang lain, niscaya orang itu tidak akan nyaman menaiki kendaraannya. Dan lihatlah cakram-cakram bergerigi pada kendaraan itu, cakram-cakram dan sekrup, penampang pipa-pipa shock, lubang mengisi bensin semuanya adalah model dari diriku. Tidak hanya itu, matahari, serta benda-benda langit lainnya juga merupakan model dari diriku.


Dunia :

Baiklah kalau begitu, sekarang giliran persegi panjang. Apa buktinya kalau engkau merupakan bagian dari diriku?


Persegi Panjang :

Lihatlah rumah itu wahai dunia. Pintunya merupakan model dari diriku. Jendelanya meniru model diriku, permukaan meja di dalam rumah meniru diriku. Lukisan itu bingkainya adalah model diriku. Layar TV meniru bentuk diriku, layar komputer juga meniru diriku. Bahkan bentuk bidang tanah tempat berdirinya rumah juga merupakan model dari diriku.


Dunia :

Aku sedikit memahami wahai persegi panjang. Sekarang aku persilakan elips untuk membuktikan mengapa dia bagian dariku?


Elips :

Jelaslah wahai dunia, bumi, mars, planet-planet yang lain serta bulan dan satelit di masing-masing planet memiliki lintasan yang menyerupai bentuk diriku. Komet juga memiliki lintasan yang menyerupai diriku. Penampang bumi dan planet-planet lain juga memilki bentuk menyerupai diriku. Itulah bukti bahwa diriku menyusun dirimu wahai dunia.


Dunia :

Sekarang giliran Tabung. Silakan Tabung.


Tabung :

Jelaslah wahai dunia, bahwa diriku menyusun dirimu. Tahukah engkau bahwa pipa merupakan model dari diriku. Manusia banyak menggunakan pipa baik dari plastik maupun dari besi. Skrup pada kendaraan, skrup pada mesin-mesin, tiang-tiang listrik, bentuk kabel listrik agar orang bisa menikmati listrik, knalpot dan shock kendaraan merupakan model dari diriku.


Dunia :

Oo… begitu rupanya. Aku memahaminya. Bagaimana dengan trapesium?


Trapesium :

Wahai dunia lihatlah pintu rumah itu. Pembuat pintu itu menginginkan agar pintu itu berbentuk persegi panjang. Tapi lihatlah manusia tidak akan mungkin dengan tepat mengukurnya, tidak akan sempurna dengan alat ukur terbaik sekalipun karena alat-alat itu buatan manusia yang juga tidak sempurna. Pintu itu justru malah menyerupai diriku karena manusia tidak teliti. Lihatlah bidang atap pada rumah yang berbentuk limasan itu juga menyerupaiku.


Dunia :

Seperti itu rupanya… Selanjutnya aku persilakan Balok untuk membuktikan. Silakan Balok.


Balok :

Lihatlah lemari itu wahai dunia, lihat pula kulkas, computer, barang-barang itu meniru model diriku. Lihatlah wadah tempat Tv, tempat computer, bentuk laci, serta balok-balok kayu untuk membuat barang-barang dari kayu yang bermanfaat untuk manusia banyak sekali yang mengambil modelku. Ponsel yang setiap saat menemani manusia juga menggunakan bentukku.


Dunia :

Aku mengerti tentang apa yang engkau katakan. Sekarang aku ingin mendengar bukti dari x.


x :

Aku hanyalah simbol, orang memanggilku sebagai variable, temanku adalah y, z, dll. Dengan variable manusia bisa menghitung sesuatu. Menghitung harga barang, menghitung pertumbuhan ekonomi, waktu, jarak , kecepatan, menghitung dalam bidang ilmu teknik, ilmu hayat dsb. Aku telah membuka cakrawala manusia untuk memudahkan mereka menghitung siang dan malam, menghitung awal puasa, menghitung pergantian tahun, abad dsb.


Dunia :

Besar sekali kegunaanmu wahai x, sekarang aku mulai memahami. Baiklah sekarang giliran dari bilangan 1 (satu).


1 (satu) :

Aku adalah lambang bilangan, orang menambahkan diriku dengan diriku akan menghasilkan 2 (dua) begitu juga seterunya. Ilmuwan mengatakan aku menyusun bilangan-bilangan yang lain. 3 adalah kelipatanku, 4 adalah kelipatanku, 10000 juga kelipatanku. Dalam menghitung sesuatu manusia selalu melibatkan aku.



Tuesday, 1 December 2009

Ontologi Diriku

Suatu saat di sebuah desa kecil di luar kota terdapat sebuah tempat belajar yang dipimpin oleh seorang guru yang bijak. Pada waktu sore hari, Sang Guru berdialog dengan salah satu muridnya.

Guru :
Wahai murid, kiranya apa yang akan engkau tanyakan kemarin? Maafkanlah gurumu ini jika baru kali ini bisa mendengarkan pertanyaanmu, meskipun aku sendiri tidak yakin mampu memenuhi harapanmu.

Murid :
Maafkan muridmu ini guru jika merepotkanmu. Aku hanya ingin menanyakan siapakah sebenarnya diriku ini guru?

Guru :
Dirimu adalah seorang anak yang dititipkan oleh kedua orang tuamu di tempat belajarku ini. Ayahmu adalah sahabatku. Aku dan ayahmu bersama-sama menempuh suatu tempat belajar di pelosok negeri ini. Setelah menikah dengan ibumu, ayahmu adalah seorang saudagar kaya, ia memiliki kapal untuk berdagang melintasi laut menuju Negeri Cina, Asia Tenggara dan Arab, sementara aku meneruskan Kakek Gurumu mengajar di sini. Ayahmu adalah saudagar barang-barang antik dari negara ke negara yang lainnya. Sutra, guci, keramik dan emas merupakan barang dagangannya. Karena kesibukannyalah engkau dititipkan kesini, hingga akhirnya kini ayahmu meninggal karena sakit jantung yang mendadak, sementara ibumu meninggal tahun lalu.

Sambil menitikkan airmata sang muridpun mengangguk, sedih mengenang ayah dan ibunya yang kini telah meninggal. Mengenang kepergian orang-orang yang ia sayangi.

Guru :
Maafkanlah gurumu ini jika membuatmu bersedih muridku….

Murid :
Tidak guru, ini bukan airmata kesedihan, bukan pula airmata penyesalan, melainkan ini adalah airmata kewajaran. Bahwasanya setiap manusia akan mengalami apa yang saya alami. Mmm… Tetapi Guru belum menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang sedalam-dalamnya mengenai siapakah diriku ini Guru?

Guru :
Baiklah kalau memang itu yang menjadi keinginanmu. Seperti yang engkau katakana bahwa airmata itu adalah air mata kewajaran, air mata yang setiap orang akan menemui. Bagaikan suatu peristiwa yang menunggu antrean manusia untuk mengalaminya. Dunia berkali-kali menemui hal seperti ini berkali-kali.; Siklus. Airmata bisa berarti kewajaran, kesedihan , kekecewaan, bahkan kebahagiaan dan kemenangan. Kenapa engkau sebagai manusia bisa bersedih?

Murid :
Karena sifat sedihku muncul Guru.

Guru :
Kadang seseorang menjadi kuat dan kadang menjadi lemah, kadang berpenampilan bersih, rapi, kadang suka memberi, kadang mengasihi sesama, kadang membuat sesuatu, membuat meja misalnya, kadang berbuat baik, kadang menolong, bahkan kadang marah. Serta hal-hal lain yang tidak mampu engkau ungkapkan. Tahukah mengapa itu terjadi?

Murid :
Aku menjadi kuat karena muncul kekuatan, kadang aku lemah karena kekuatan itu menghilang dariku, kadang aku berpenampilan rapi karena aku suka dengan yang indah, aku suka memberi karena aku mengasihi, kadang aku membuat sesuatu meja misalnya karena aku ingin agar kayu menjadi lebih berguna, aku berbuat baik, menolong karena semua itu panggilan jiwa. Bahkan marahpun karena itu timbul dari dalam diriku Guru.

Guru :
Itulah tanda bahwa di dalam dirimu ada sifat-sifat yang tak terhingga banyaknya. Tahukah sifat-sifat itu dari mana asalnya?

Murid :
Tidak tahu Guru.

Guru :
Sifat itu ada pada diri manusia bersamaan dengan manusia itu diciptakan.

Murid :
Sifat itu asalnya dari mana Guru?

Guru :
Engkau bisa menjadi kuat karena engkau mendapat kekuatan dari Yang Maha Kuat, engkau menjadi rapi dan indah karena engkau mendapat keindahan dari Yang Maha Indah, engkau memberi karena mendapat sifat pemberi dari Yang Maha Pemberi, engkau mengasihi karena mendapat sifat mengasihi dari Yang Maha Kasih, kadang engkau membuat sesuatu karena engkau mendapat sifat dari Yang Maha Pencipta. Engkau menolong karena mendapat sifat dari Yang Maha Penolong, bahkan engkau marah pun karena engkau mendapat sifat dari yang Maha Besar, Maha Kuasa. Yang perlu kau ingat bahwa manusia hidup karena kemurahan dari Yang Maha Hidup.

Murid :
Mmmm…. Begitu ya Guru?

Guru :
Begitulah siapa dirimu adalah manifestasi dari Yang Serba Maha.
Mungkin jawaban ini yang engkau dapatkan dariku, semoga sedikit mengobati hatimu.

Murid :
Terimakasih guru atas jawaban yang engkau berikan.

Guru :
Hari sudah malam besok bisa engkau lanjutkan mengenai pertanyaanmu.

Murid :
Terimakasih Guru.

(Diterangkan dengan bahasa yang berbeda, Pokok Ajaran Plotinos diambil dari buku Alam Pikiran Yunani yang ditulus oleh Mohammad Hatta, hal 167)