Kawan, mau pergi ke mana? Pertanyaan yang terlontar dari mulutku ketika bertemu seorang teman di jalan. Aku menanyakan tujuannya. Lebih jauh bahwa setiap orang akan menuju ke sesuatu, waktu, keadaan, tempat, dzat. Lalu kemanakah tujuan hidupku? Itulah ketika diriku sudah mulai bertanya. Dengan bertanya, diriku terdorong untuk mengetahui jawabannya. Pikiranku pun mengembara untuk menjawab setiap pertanyaan yang muncul. Hatiku memutuskan jawaban manakah yang benar, jawaban yang manakah yang pantas untuk kuakui, kuyakini dan aku perbuat? Dari pertanyaan tadi aku berusaha untuk mencari jawabannya yang pada akhirnya kudapatkan banyak jawaban, ada mind, ideale, gest dan mente. Dari sekian banyak jawaban itu aku meyakini bahwa ideale merupakan jawaban yang benar. Jawaban yang pantas untuk kuakui, kuyakini, dan aku perbuat. Setiap hari ku pikirkan ideale. Ketika makan ku ingat ideale, ketika belajar ku ingat ideale, dalam berjalan ku ingat ideale,dalam tidur pun ku mimpi tentang ideale. Tidak terasa ideale telah masuk ke dalam pikiran, keyakinan, konsep dan prinsip hidup. Sehingga dari ideale ini pula berhasil ku dapatkan ideale 1, ideale 2, ideale 3,…. hingga ideale ke-n. Dari prinsip ini aku memiliki cita-cita. Entah cita-cita apakah itu. Yang jelas aku ingin mendirikan sebuah perusahaan PT Ideale. Dalam berkuliah pun aku serius demi mendapatkan cita-cita itu. Belajar setiap hari demi cita-cita, patuh dan menurut pada orang tua untuk mendapatkan doa restu agar kuliahku berhasil diiringi doa dan beribadah kepada Tuhanku aku perkuat dan aku hayati. Tindakan-tindakan tidak bergunua aku jauhi, bergaul dengan orang-orang yang berpengaruh buruk aku jauhi, berfoya-foya aku jauhi, serta hal-hal lain yang tidak bisa aku lukiskan lagi.
Aku syukuri lulus kuliah IPK ku lumayan, sehingga aku bisa diterima bekerja di sebuah perusahaan Tambang Batu Bara dengan gaji yang lebih dari cukup. Setelah bekerja akupun menikah. Aku bersyukur mendapatkan istri cantik, setia dan patuh pada suami, hingga aku dikaruniai 3 anak yang sehat dan ceria.
Dalam pekerjaanku aku meniti karir dari bawah, hingga akhirnya kudapatkan posisi manager dengan gaji lebih dari cukup, 14 juta perbulan. Gaji yang akan banyak sisa untuk ku tabung meskipun nantinya aku sudah berkeluarga, membahagiakan keluarga (anak dan istriku kelak) dan membahagiakan orang tuaku, termasuk menghajikan mereka, dan investasi untuk hari tua.
Alhamdulillah hampir semua cita-citaku tercapai meski juga diiringi beberapa kegagalan dan kerja keras. Dirumah pun istriku telah berhasil membuat perusahaan industri plastik. Perusahaan yang dulunya hanya bersekala rumah tangga yang mempekerjakan para tetangga, kini sudah berkembang boleh dibilang dalam skala daerah. Perusahaan itu pada awalnya dibangun dengan modal gajiku dalam bekerja di perusahaan tambang batu bara. Kini sudah mempekerjakan 900 orang. Rumah mewah, mobil mewah, istri cantik, anak yang sehat dan ceria, semua sudah aku miliki.
Sesuai dengan keinginan awalku ku hajikan kedua orang tuaku. Aku mensyukurinya segalanya telah kuraih. Syukur dan doa selalu kupanjatkan di setiap pagi, siang, sore ataupun malam. Aku menyadari bahwa hatiku membutuhkan sandaran vertikal. Hingga ku dapatkan hati yang tenang, hati yang bahagia karena penuh syukur dan ku niatkan segalanya sebagai ibadah.
Ku ingat waktu dulu bahwa aku pernah bertanya kemanakah tujuan hidupku. Ternyata jawaban dari tujuan hidupku adalah mind, ideale, gest dan mente. Aku meyakini salah satu jawaban tersebut. Kuakui, kuresapi, hingga jawaban tersebut mewarnai kehidupanku, hingga sekarang ini. Hingga semua dapat aku raih. Seandainya waktu itu aku tidak bertanya maka aku yakin bahwa aku yang seperti ini tidak akan ada.
(Diambil dari pendapat Rene Descartes, diceritakan dalam bahasa yang lain)