My Blog List

Thursday 1 April 2010

TEORI BELAJAR (TOKOH, PRINSIP YANG DIANUT DAN APLIKASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA)

ROBERT GAGNE

Di antara tokoh-tokoh terkenal yang melakukan penelitian tentang teori belajar adalah Robert Gagne. R. Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Ia mengemukakan teorinya yang terkenal yaitu Condition of Learning. Teorinya menjelaskan tiga hal, yaitu taksonomi hasil belajar, kondisi belajar khusus, dan 9 peristiwa pembelajaran.

PRINSIP YANG DIANUT ROBERT GAGNE
R Gagne mengkategorikan taksonomi hasil belajar dalam lima komponen, yaitu: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Jadi, tiga ranah dalam taksonomi Bloom tercakup semua disini. Kenapa Gagne mengelompokkannya kedalam lima komponen? Ia mengatakan, hal tersebut dikarenakan atas asumsi bahwa hasil belajar yang berbeda tersebut memerlukan kondisi belajar yang berbeda pula. Artinya, untuk membangun strategi kognitif siswa memerlukan kondisi berbeda dengan ketika kita ingin membangun sikap atau keterampilan motorik. Taksonomi yang dibuat oleh Gagne ini adalah taksonomi hasil belajar pertama, sebelum dibenahi oleh Bloom dkk, dan sekarang tahun 1999 lalu telah diperbaiki oleh Crathwol dkk.
Hal kedua dari teorinya Gagne adalah kondisi belajar khusus (specifik learning condition). Ia menekankan bahwa sangatlah penting untuk mengkategorisasikan tujuan pembelajaran sesuai dengan tipe hasil belajar, alias taksonomi seperti dijelaskan di atas. Dengan cara seperti ini guru/tutor/dosen dapat merancang pembelajarannya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Ia juga menekankan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, harus sangat-sangat memperhatikan kondisi khusus (critical condition) yang harus disiapkan untuk mencapai itu. Misal, jika tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah mengingat sejumlah kosa kata, katakanlah maka kita harus menyiapkan kondisi khusus yaitu berupa petunjuk (cues) atau tips alias trik tertentu, sehingga siswa bisa mengingat dan memahaminya.
Hal ketiga adalah 9 peristiwa pembelajaran, yaitu:
1.   Gaining Attention; yaitu upaya ata cara kita untuk meraih perhatian siswa.
2.  Informing learner of the objectives; memberitahukan siswa tujuan pembelajaran yang akan mereka capai/peroleh;
3.  stimulating recall of prior learning; guru biasa menyebutnya dengan appersepsi, yaitu merangsang siswa untuk mengingat pelajaran terkait sebelumnya dan menghubungkannya dengan apa yang akan dipelajari berikutnya;
4.  Presenting stimulus; setelah itu mulailah dengan menyajikan stimulus;
5.  Providing learning guidance; berikan bimbingan belajar;
6.  Eliciting performance; tingkatkan kinerja;
7.  Providing feed back; alias berikan umpan balik;
8.  Assessing performance; ukur capaian hasil belajar mereka;
9.  Enhancing retention and transfer; tingkatkan capaian hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan untuk dicapai.


HIRARKI BELAJAR ADALAH SALAH SATU IMPLEMENTASI DARI TEORI BELAJAR GAGNE

Hirarki belajar menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down (Orton,1987). Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di puncak dari hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, ketrampilan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari ketrampilan atau pengetahuan di atasnya itu. Hirarki belajar dari Gagne memungkinkan juga prasyarat yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda pula (Orton, 1987).
Sebagai contoh, pemecahan masalah membutuhkan aturan, prinsip dan konsepkonsep terdefinisi sebagai prasyaratnya, yang membutuhkan konsep konkret sebagai prasyarat berikutnya, yang masih membutuhkan kemampuan membedakan (discriminations) sebagai prasyarat berikutnya lagi.

Contoh Pemanfaatan Hirarki Belajar

Bagaimanakah agar siswa mampu memfaktorkan bentuk-bentuk aljabar seperti: x² –2x −35 menjadi (x – 7)(x + 5); x² – 6x + 8 menjadi (x – 4)(x – 2) ataupun x² + 6x – 7 menjadi (x – 7)(x + 1).
Penyelesaian masalah di atas tadi dapat didekati dengan menggunakan teori hirarki belajar yang digagas Gagne tadi. Pertanyaan awal yang dapat diajukan sebagaimana disarankan Gagne tadi adalah: Pengetahuan apa yang lebih dahulu harus dikuasai siswa agar ia berhasil memfaktorkan?. Jawabannya, di saat memfaktorkan bentuk seperti x² – 2x – 35 dimana –2 disebut koeffisien x dan −35 disebut konstanta, para siswa harus mencari dua bilangan bulat yang kalau dijumlahkan akan menghasilkan –2 (koeffisien x) dan kalau dikalikan akan menghasilkan –35 (konstanta). Kedua bilangan yang dicari tersebut adalah –7 dan +5, karena –7 + (+5)= −2 dan (–7) × (5) = –35. Ketika ditanyakan kepada guru tersebut tentang kemampuan siswanya untuk menjumlahkan dan mengalikan dua bilangan bulat, sang guru menyatakan bahwa para siswanya sering mengalami kesulitan dengan dua tugas tersebut. Pertanyaan selanjutnya, kalau mereka tidak dapat menentukan dua bilangan bulat yang jumlah dan hasil kalinya sudah tertentu, bagaimana mungkin mereka akan mampu memfaktorkan bentuk-bentuk tersebut?. Bapak guru tersebut pada akhirnya menerima dengan sepenuh hatinya faktor penyebab kesulitan siswanya. Pada saat itu, sang guru menyepakati bahwa para siswa tersebut harus dibimbing sedemikian rupa sehingga mereka dapat menjumlahkan dan mengalikan dua bilangan bulat dengan lancar.
Contoh Hirarki Belajar
Dari permasalahan di atas, dapat disusun suatu hirarki belajar tentang memfaktorkan bentuk aljabar seperti ditunjukkan Gambar 1 di bawah ini. Dari gambar 1 terlihat jelas bahwa pengetahuan atau ketrampilan memfaktorkan yang telah ditetapkan menjadi salah satu tujuan pembelajaran khusus harus diletakkan dipuncak dari hirarki belajar tersebut, diikuti di bawahnya, ketrampilan atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus dikuasai lebih dahulu agar para siswa berhasil mempelajari ketrampilan atau pengetahuan di atasnya itu. Begitu seterusnya sehingga didapatkan hirarki belajar tersebut.

HIRARKI BELAJAR TERSUSUN DARI BAWAH (BOTTOM UP)
Memfaktorkan Bentuk x2 + Cx + D
Menentukan Dua Bilangan Bulat Yang
Jumlah Dan Hasil Kalinya Tertentu
Menjabarkan Bentuk
Seperti (X + A) (X + B)
Menentukan Faktor-Faktor
Suatu Bilangan Bulat
Menentukan Hasil Kali Dua
Bilangan Bulat
Menentukan Jumlah Dua
Bilangan Bulat

1 comment:

  1. Ok trimakasih saya sangat membutuhkan tulisan ini. trims pak Gun

    ReplyDelete